Good Forest Indonesia Gelar TOT Budidaya Nilam, Tingkatkan Pendapatan Petani Skala Kecil di Kalimantan Tengah

Gunung Mas, 30 Juli 2025 – Yayasan Good Forest Indonesia menyelenggarakan program Training of Trainers (TOT) Budidaya Nilam untuk staf fasilitator di Desa Sumur Mas pada tanggal 20-23 Juli 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih dan membekali staf GFI agar dapat menjadi pelatih (trainer) petani untuk membudidayakan tanaman nilam di desa dampingan di Kalimantan Tengah.
Untuk mendukung program ini, GFI bekerja sama dengan pusat riset nilam di Banda Aceh yaitu Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala. GFI mengundang Ir. Syaifullah Muhammad, S.T., M.Eng. selaku direktur sekaligus pakar nilam untuk hadir secara langsung memberikan materi dan pelatihan budidaya nilam kepada staf.
Pembuatan Modul hingga Praktik Budidaya

Kegiatan TOT berlangsung selama 4 hari, diawali dengan workshop tentang modul dan kurikulum budidaya nilam. Kemudian, peserta mendapatkan materi mengenai teknik dasar budidaya sampai analisis dan strategi bisnis nilam berbasis komunitas. Peserta juga melakukan praktik budidaya nilam mulai dari pembibitan, penanaman, pemupukan hingga pemanenan di lokasi nursery nilam. Pada kesempatan itu, peserta juga belajar tentang pembuatan minyak nilam di lokasi destilasi nilam GFI di Desa Sumur Mas. Kegiatan TOT diakhiri dengan evaluasi dan finalisasi modul yang nantinya akan dipakai untuk Sekolah Lapang Petani di wilayah Kalimantan Tengah.
Saat memberikan materi, Syaifullah menekankan kepada peserta untuk melakukan survei kesesuaian lahan di wilayah Kalimantan Tengah. Hal ini disebabkan karena kondisi lahan dan suhu di Aceh dan Kalimantan Tengah berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap proses budidaya nilam. Di samping itu, ia juga menyarankan untuk mengembangkan program pelatihan yang mendorong perubahan pada petani.
“Pastikan untuk membuat program pelatihan yang menarik bagi petani. Tidak hanya berfokus pada pengembangan yang bersifat fisik saja, tetapi juga nonfisik. Berikan motivasi kepada petani bahwa menanam nilam ini akan membawa kebaikan secara ekonomi dan lingkungan dengan konsep zero waste di mana nilam tidak hanya dimanfaatkan minyaknya, namun sisa daun bekas penyulingan juga dapat dimanfaatkan menjadi kompos dan digunakan untuk mengembalikan unsur hara tanah,” ujar profesor asal Aceh itu.
Nilam sebagai Pendapatan Alternatif Jangka Pendek

Turut hadir dalam acara, Fadhillah Hanum selaku direktur GFI menjelaskan, program TOT nilam diselenggarakan untuk mendukung program reforestasi berbasis agroforestri di Kalimantan Tengah. GFI memperkenalkan nilam sebagai alternatif pendapatan jangka pendek dan rantai nilai untuk petani yang sudah bergabung dalam program reforestasi GFI.
“Tanaman nilam dipilih karena memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, GFI telah mengembangkan budidaya nilam yang dilengkapi dengan destilasi. Ke depannya, GFI akan menargetkan perluasan program nilam di Kalimantan Tengah melalui program budidaya berbasis komunitas seperti memberikan pelatihan, pendampingan, distribusi bibit, pemantauan, serta fasilitasi untuk akses pasar,” tutur perempuan yang akrab disapa Ririn itu.
Program Nilam Berbasis Komunitas yang Berkelanjutan

Pada akhir, Syaifullah berharap bahwa pelaksanaan program budidaya nilam GFI yang terintegrasi dengan sistem wanatani dapat mendorong petani skala kecil menjadi mandiri dan memiliki alternatif pendapatan jangka pendek.
“Agar program budidaya nilam di Kalimantan Tengah dapat berhasil dan berkelanjutan, GFI dan petani dampingan perlu mengembangkan rantai nilai nilam dari hulu ke hilir. Ada berbagai produk turunan nilam yang potensial dikembangkan oleh kelompok-kelompok tani dan anak muda seperti kosmetik, parfum, atau produk-produk rumah tangga sederhana seperti sabun cuci dan lainnya. Produksi ini dapat meningkatkan kepercayaan dan motivasi petani untuk mengembangkan budidaya dan bisnis nilam,” tutupnya. (*)
Good Forest Indonesia (GFI)
info@goodforestindonesia.org